Minggu, 02 Maret 2014

ASAL USUL SEBUTAN DUSUN GEMBULAN

Pada cerita yang terdahulu, penulis telah kisahkan asal-usul nama Dusun Pongangan Desa Loano, kali ini penulis akan ceritakan asal kata gembulan pada Dusun Gembulan yang juga salah satu nama dusun di Desa Loano.
Cerita ini berawal dari masa perang Diponegoro, hal ini tak dapat dipungkiri, sejarah telah menuturkan bahwa zona merah dari babag Perang Djawa memang terjadi di daerah Bagelen ( Purworejo), Menoreh ( Magelang), Urut sewu (Wonosobo) dan Ledok ( gombong), salah satu daerah di Bagelen yang termasuk dalam medan pertempuran sengit adalah Loano-tapi jangan dibayangkan Loano dulu adalah Loano yang sekarang. Loano waktu itu masih berbentuk semi Kerajaan dan ini dapat dibuktikan dengan banyaknya situs-situs peninggalan masa laloe di sini ( nanti di bagian tulisan yang lain akan dijelaskan satu persatu ).
Kembali ke pokok bahasan Gembulan.
Sepanjang sungai Bogowonto waktu itu adalah medan pertempuran yang efektif bagi pasukan Diponegoro yang melancarkan perang ala gerilya, ini didukung dengan topografi yang bergunung-gunung dan kelokan -kelokan sungai yang dijejali hutan. Kata yang punya cerita, dahulu Detasemen Pasukan Diponegoro yang berjuang di Bagelen Utara bermarkas di daerah Gunungwangi, sejiwan dan Loano, di wilayah Loano ini terdapat jalan Kolonial yang menghubungkan antara Bagelen dengan Menoreh ( Magelang ), jalan inilah yang memberikan suplai kemudahan bagi tentara Belanda untuk menopang tentara kasunanan Surakarta dalam menumpas gerakan pasukan Diponegoro, artinya bahwa jalan yang sekarang menjadi jalan Raya Magelang inilah yang dijadikan oleh kedua pihak kontra Diponegoro saling bahu-membahu menumpas pasukan sang Pangeran.
Sejarah telah mencatat Detasemen tangguh pendukung Diponegoro adalah Pasukan yang dibawah kendali Raden Gagak Handoko  penguasa wilayah Loano pada waktu itu, Pasukan Pegagakan demikan mereka menyebut detasemennya, mereka senantiasa berjuang dengan cara-cara yang mengejutkan ala siluman, sepanjang ruas Jalan Magelang telah mereka pasangi beberapa tempat untuk mengintai pada saat suplai kekuatan antara pasukan kasunanan Surakarta dengan pasukan jendral De-Kock berinteraksi ketika kedua pihak itu akan melakukan serangan ke wilayah Bagelen dari Magelang,nah pada waktu mereka melintas wilayah Loano, mereka akan mendapatkan sambutan sengit dari Pasukan Pegagakan. Pasukan Belanda dan Kasunanan dipastikan akan mengalami kebingungan ketika serangan siliuman itu muncul di daerah Loano.
Akhirnya karena seringnya Konsolidasi pasukan Kasunanan dan Belanda mengalami kekacauan jika melewati Loano maka pihak Belanda melalui kaki tangannya di Loano segera mencari informasi dimana sebenarnya pusat dari gerakan Pasukan Pegagakan itu memulai pengintaian, setelah beberapa waktu diadakan penyelidikan maka diketahuilah bahwa tempat yang digunakan oleh para pejuang Diponegoro dalam mengacau-balaukan pasukan musuh adalah suatu tempat di ujung sebuah pertemuan Sungai Bogowonto dengan sungai Kodil ( tempuran mas ), tempat itu berlembah-lembah, bergunung dan berhutan, akan tetapi hutan dimaksud bukanlah hutan lebat penuh pepohonan namun hutan yang dipenuhi oleh gerumbulan semak belukar, di sinilah Pejuang Diponegoro memulai aksinya.
Setelah diketahuinya tempat itu, maka pihak Pasukan Kasunanan memulai aksinya untuk melakukan patroli rutin di wilayah itu, dan oleh mereka disebutlah tempat tadi dengan "Wana grumbulan". Dan sejak saat itulah tempat strategis itu disebut grumbulan dan lambat laun kata-kata grumbulan dilafalkan menjadi Gembulan.
( Cerita ini disarikan dari beberapa sumber, dan terimakasih untuk Kadus Gembulan Bapak Marjani )
Diarsipkan Oleh Erwan Wilodilogo.
Loano, Tiga Maret Duaribu Empatbelas

5 komentar:

  1. sebelum saya membaca artikel ini saya mau komentar terlebih dahulu, " LIKE IT"

    BalasHapus
  2. Kata-katanya salut, inilah typingnya orang yang sukanya membaca..

    BalasHapus
  3. semuanya karena support dari adik adik KKN UMP 2014 (Mas Djohan cs.) semoga bisa menjadi modal awal buat Loano lebih dikenal menuju Kampung/desa Wisata sejarah/ religi khususnya sebagai bagian saksi sejarah Perang Djawa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga impiannya bisa terwujud,
      di tunggu next posting yang lebih menarik

      Hapus
  4. Salam kenal mas Erwan, leleuhur saya dimakamkan di dusun Tlepo dan juga bagian dr sejarah Perang Jawa, beliau bernama Eyang Hangreni Mangunjaya salah satu putri P.Diponegoro.. Mohon hbg I saya di pwhdjaja@gmail.com

    BalasHapus